Renungan Akhir Romadhon
Aku malah merasa mendapat nikmat meski tak diungkap.
Jika Umar menginfakkan kebun yang membuatnya ketinggalan shalat ashar.Aku malah biasa saja berulang kali tertinggal meski azan terdengar.
Jika Urwah bin Zubair tak terganggu salatnya saat pisau bedah mengamputasi kaki.Aku bahkan terganggu hanya karena nyamuk yang menggigit ibu jari.
Jika Nabi Ibrahim as. sangat menyesal karena pernah berbohong meski seumur hidup hanya tiga kali.Aku malah santai saja meski jumlah dustaku sudah tak terhitung lagi.
Jika ‘Aisyah menyesali mengatakan “Shafiyah Si Pendek” yang
bisa mengubah warna lautan. Lalu bagaimana dengan gunjingan dari mulutku?
Mungkin bisa membuat seluruh samudra menjadi busuk dan pekat kehitaman.
Jika Umar bin Abdul Azis bergetar menahan istrinya berbicara
di ruangan yang diterangi pelita minyak yang dibiayai negara.
Aku malah keasyikkan menggunakan fasiltas perusahaan seakan
milikku saja.
Jika serpihan pagar kayu rumah orang yang dijadikan tusuk
gigi bisa membuat “sang kyai” tertahan untuk masuk surga.
Aku malah menikmati
mangga hasil jarahan kebun tetangga.
Sudah begitu …
meminta surga.
Astaghfirulloh......
Memang hari ini dunialah yang nyata dan akhirat hanya
cerita. Namun sesudah mati, akhiratlah yang nyata dan dunia tinggal cerita.
Yaa Alloh Ya Robb jadikanlah sebaik-baik amal kami pada
penutupannya.
Yaa Alloh Ya Robb
Tingkatkan amal ibadah kami.
Hanya kepadaMu kami memohon dan pelindungan, semoga pandemi
covid ini segera berlalu.
Semoga kita semua dijadikan keluarga yg sehat dzohir bathin.
Semoga senantiasa Engkau lindungan dan Rahmati.
Jadikan hamba yang pandai bersyukur dan Bahagia, serta bisa
membahagiakan orang lain.
Semoga Alloh Ta'ala mengampuni dosa dan kesalahan kita.
Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
Robbana Taqobbal Minna
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin.
Oleh : K Mas Ahmad Mahfud Arif